Ada beberapa pengertian dari MRP,
antara lain adalah sebagai berikut :
1.
Material
Requirement Planning (MRP)
merupakan suatu teknik atau prosedur logis untuk menterjemahkan Jadwal Produksi
Induk (JPI) dari barang jadi atau end item menjadi kebutuhan bersih untuk
beberapa komponen yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan JPI. MRP ini
digunakan untuk menentukan jumlah dari kebutuhan material untuk mendukung
Jadwal Produksi Induk dan kapan kebutuhan material tersebut dijadwalkan.
(Orlicky,et al., 1994).
2.
Material
Requirement Planning (MRP)
merupakan sistem informasi berbasis komputer yang didisain untuk memesan dan
menjadwalkan permintaan (raw material, komponen dan sub assemblies) dengan cara
yang terkoordinasi.(Oden,et al., 1998)
3. Material
Requirement Planning (MRP)
merupakan aktivitas perencanaan material untuk Seluruh komponen dan raw
material (bahan baku) yang dibutuhkan sesuai dengan Jadwal Produksi Induk (JPI)
yang sama halnya dengan demand / permintaan per komponen (John A. White, et
al., 1987).
Perencanaan MRP ini mencakup semua kebutuhan akan semua komponen MRP yaitu kebutuhan material, dimana terdapat dua fungsi dengan diterapkannya MRP yaitu Pengendalian persediaan dan Penjadualan produksi. Sedangkan tujuan dari MRP itu sendiri adalah untuk menentukan kebutuhan sekaligus untuk mendukung jadwal produksi induk, mengendalikan persediaan, menjadwalkan produksi, menjaga jadwal valid dan up-to date, serta secara khusus berguna dalam lingkungan manufaktur yang kompleks dan tidak pasti.
Ada
empat tahap dalam proses perencanaan kebutuhan material, tahapan tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Netting (Perhitungan kebutuhan bersih)
1. Netting (Perhitungan kebutuhan bersih)
Netting
adalah proses perhitungan kebutuhan
bersih yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor denagan keadaan
persediaan.
2. Lotting (Penentuan ukuran pemesanan)
Lotting
adalah menentukan besarnya pesanan
setiap individu berdasarkan pada hasil perhitungan netting.
3. Offsetting (Penetapan besarnya waktu ancang-ancang)
Offsetting bertujuan untuk menentukan saat
yang tepat untuk melaksanakan rencana pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih
yang diinginkan lead time.
4. Exploding (Perhitungan selanjutnya untuk level di bawahnya)
Exploding adalah proses perhitungan kebutuhan
kotor untuk tingkat level dibawahnya, berdasarkan pada rencana pemesanan.
Dengan MRP ini, kita akan mendapatkan informasi mengenai :
1. Bahan dan komponen apa saja yang akan dipesan serta berapa banyak yang diperlukan.
2. Kapan waktu komponen tersebut akan dipesan.
3. Apakah komponen tersebut pemesanannya dipercepat, diperlambat atau dibatalkan.
Secara garis besar, out put MRP ini dibagi dalam tiga bagian, yaitu :
1.
MRP Primary Report (Laporan Utama)
Primary Report atau yang biasa dikenal dengan MRP
Report, nerupakan format laporan yang terdiri dari dua bentuk, yaitu format
horizontal (dalam harian dan mingguan) dan format vertikal (dengan waktu dalam
setiap harinya).
2.
Action Report (Laporan Kegiatan)
Output ini biasa disebut dengan MRP Expection
Report (laporan pengecualian), perencanaan MRP memfokuskan perhatian
langsung terhadap kebutuhan item dan keputusan selama melakukan kegiatannya.
3.
MRP Pegging Report (Laporan Penetapan MRP)
Output
ini akan menyediakan sumber dari
kebutuhan pada level tertinggi selanjutnya dalam Bill of material,
seperti tiap pesanan perusahaan yang dikeluarkan dari item pada setiap
kebutuhan kotor.
Dan yang terakhir adalah keuntungan dari MRP (Heizer,et.al., 1993) yaitu sebagai berikut :
1. Meningkatkan pelauyanan dan kepuasan pelanggan
2. Meningkatkan utilitas dari fasilitas dan tega kerja
3. Perencanaan persediaan dan penjadwalan menjadi lebih baik
4. Respon terhadap perubahan pasar semakin cepat
5. Mengurangi level persediaan tanpa mengurangi pelayanan pelanggan
Pengendalian persediaan merupakan langkah penting
dalam manajemen persediaan untuk melakukan perhitungan berupa jumlah optimal
tingkat persediaan yang harus ada serta waktu pemesanan
kembali. Pengaturan dan pengawasan terhadap material barang dalam proses dan
barang jadi merupakan bagian penting dalam sistem produksi.
MRP adalah salah satu terobosan besar bagi dunia
industri dalam mengatur bahan-bahan material yang dibutuhkan untuk proses
produksi. Karena dengan MRP perusahaan dapat mengefisiensikan gudang dan
sekaligus mencegah kemungkinan kehabisan bahan material. Semua proses
pengaturan untuk bahan material yang dibutuhkan hanya dengan memasukkan data
yang dibutuhkan dan software MRP yang akan memproses semuanya. Fasilitas yang
disediakan adalah proses pengisian dan pemesanan data dealer penjualan dan
supplier material. Konsep MRP adalah mempermudah pengaturan bahan material.
Oleh karena itu direncanakan software dengan konsep user friendly dan fasilitas
yang benar-benar mempermudah dan mampu meningkatkan efisiensi para pengguna.
Perencanaan kebutuhan material atau sering dikenal
dengan Material Requirement Planning (MRP) adalah suatu sistem
informasi yang terkomputerisasi untuk mengatur persediaan permintaan yang
dependent dan mengatur jadwal produksi. Sistem ini bertujuan untuk mengurangi
tingkat persediaan dan meningkatkan produktivitas. Terdapat dua hal penting
dalam MRP yaitu lead time, dan berapa banyaknya jumlah material yang siap
dipesan
Dengan metode MRP dapat memesan sejumlah barang
atau persediaan sesuai dengan jadwal produksi, maka tidak akan ada pembelian
barang walaupun persediaan telah berada pada tingkat terendah. MRP dapat
mengatasi masalah-masalah kompleks dalam persediaan yang memproduksi banyak
produk. Masalah yang ditimbulkannya antara lain kebingungan inefisiensi,
pelayanan yang tidak memuaskan konsumen, dll.
Penentuan kebutuhan material yang pasti dalam
proses produksi akan meminimalkan kerugian yang timbul dalam kaitannya dengan
persediaan. Dengan menggunakan metode MRP untuk melakukan penjadwalan produksi,
maka perusahaan akan menentukan secara tepat perencanaan tanggal penyelesaian
pekerjaan yang realistik, pekerjaan dapat selesai tepat pada waktunya, janji
kepada konsumen dapat ditepati dan waktu tengang pemesanan dapat dikurangi.
Tujuan Material Requirement Planning
(MRP)
Tujuan Sistim MRP adalah untuk mengendalikan tingkat inventori, menentukan prioritas item, dan merencanakan kapasitas yang akan dibebankan pada sistim produksi. Secara umum tujuan pengelolaan inventori dengan menggunakan sistim MRP tidak berbeda dengan sistim lain yakni:
Tujuan Sistim MRP adalah untuk mengendalikan tingkat inventori, menentukan prioritas item, dan merencanakan kapasitas yang akan dibebankan pada sistim produksi. Secara umum tujuan pengelolaan inventori dengan menggunakan sistim MRP tidak berbeda dengan sistim lain yakni:
- memperbaiki layanan kepada pelanggan,
- meminimisasi investasi pada inventori, dan
- memaksimisasi efisiensi operasi
Filosofi MRP adalah “menyediakan”
komponen, material yang diperlukan pada jumlah, waktu dan tempat yang tepat.
Keunggulan dan
Kelemahan Material Requirement Planning (MRP)
Keunggulan MRP diantaranya:
Keunggulan MRP diantaranya:
1) Memberikan kemampuan untuk menciptakan
harga yang lebih kompetitif,
2) Mengurangi harga
jual,
3) mengurangi
persediaan,
4) Layanan yang lebih
baik kepada pelanggan,
5) respon yang lebih baik
terhadap tuntutan pasar,
6) kemampuan mengubah
skedul master,
7) mengurangi biaya
set-up, dan waktu nganggur (idle time)
Sedang kelemahan yang pokok adalah menyangkut kegagalan MRP mencapai tujuan yang disebabkan oleh :
1) kurangnya komitmen
dari manajemen puncak dalam pengimplementasian MRP,
2) MRP dipandang
sebagai sesuatu yang terpisah dari sistim lain, lebih dipandang sebagai sistim
yang berdiri sendiri dalam menjalankan operasi perusahaan daripada
sebagai suatu sistim yang terkait dengan sistim lain dalam perusahaan atau
suatu bagian dari keseluruhan sistim perusahaan,
3) mencoba menggabungkan MRP dengan JIT tanpa
memahami betul karakteristik kedua pendekatan tersebut,
4) membutuhkan akurasi
operasi,
5) kesulitan dalam
membuat skedul terinci.
Struktur Sistim Material Requirement
Planning (MRP)
Cara kerja sistim MRP adalah sebagai berikut: pesanan produk dijadikan dasar untuk membuat skedul produksi master atau Master Production Schedule (MPS) yang memberikan gambaran tentang jumlah item yang diproduksi selama periode waktu tertentu. MPS dibuat berdasarkan pada peramalan kebutuhan akan peralatan yang diperlukan, merupakan proses alokasi untuk mengadakan sejumlah peralatan yang diinginkan dengan memperhatikan kapasitas yang dipunyai (pekerja, mesin, dan bahan).
Cara kerja sistim MRP adalah sebagai berikut: pesanan produk dijadikan dasar untuk membuat skedul produksi master atau Master Production Schedule (MPS) yang memberikan gambaran tentang jumlah item yang diproduksi selama periode waktu tertentu. MPS dibuat berdasarkan pada peramalan kebutuhan akan peralatan yang diperlukan, merupakan proses alokasi untuk mengadakan sejumlah peralatan yang diinginkan dengan memperhatikan kapasitas yang dipunyai (pekerja, mesin, dan bahan).
Bill of Material mengidentifikasi material tertentu yang digunakan untuk membuat setiap item dan jumlah yang diperlukan yang dapat disusun dalam bentuk pohon produk (product structure tree). Bill of material ini merupakan sebuah daftar jumlah komponen, campuran bahan dan bahan baku yang diperlukan untuk membuat suatu produk. Bill of material tidak hanya menspesifikasikan produksi, tetapi juga berguna untuk pembebanan biaya, dan dapat dipakai sebagai daftar bahan yang harus dikeluarkan untuk karyawan produksi atau perakitan. Bill of material digunakan dengan cara ini biasanya dinamakan daftar pilih.
Pohon Struktur Produk (Product Structure Tree) Pohon Struktur Produk (Product Structure Tree) adalah salah satu item informasi yang ada dalam Bill of Material. Pohon Struktur Produk (Product Structure Tree) didefinisikan sebagai bagan informasi tentang hubungan antara produk akhir dengan komponen-komponen penyusun produk akhir. Struktur produk merupakan suatu informasi tentang hubungan antara komponen dalam suatu perakitan, juga memberikan informasi tentang semua item, seperti nomor komponen dan jumlah yang dibutuhkan pada setiap pembelian. Struktur produk dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu :
- Struktur produk single level yang menggambarkan hubungan antara produk akhir komponen-komponen penyusunnya dimana komponen-komponen tersebut langsung membentuk produk akhir atau berada satu level di bawah produk akhir.
- Struktur produk multi level yang menggambarkan hubungan antara produk akhir dengan komponen penyusunnya dimana komponen-komponen tersebut memerlukan komponen-komponen lain untuk membuatnya dan begitu seterusnya. Bila dimisalkan untuk membuat 1 unit produk akhir X diperlukan 2 unit komponen A dan 1 unit komponen B. Sementara untuk membuat 1 unit komponen B diperlukan 3 unit komponen C dan 1 unit komponen D. Dari informasi tersebut dapat dibuat product structure tree sebagimana tersaji pada gambar di bawah ini:
File Catatan Keadaan Persediaan
(inventory status), berisi data tentang jumlah unit yang tersedia dan sedang
dipesan, serta berbagai perubahan inventori sehubungan dengan adanya kerugian
akibat sisa bahan, pesanan yang dibatalkan, dll. Intinya File Catatan Keadaan
Persediaan (inventory status) menggambarkan status semua item yang ada
dalam persediaan, dimana semua item persediaan harus diidentifikasikan untuk
menjaga kekeliruan perencanaan, juga harus berisi data tentang lead time, lot
size, teknik lot size, persediaan cadangan dan catatan penting lainnya.
Tiga sumber tersebut, skedul master, bill of material, dan inventory record menjadi sumber data bagi MRP yang akan menjabarkan skedul produksi menjadi rencana skedul pemesanan secara detil untuk keseluruhan urutan produksi.
Tiga sumber tersebut, skedul master, bill of material, dan inventory record menjadi sumber data bagi MRP yang akan menjabarkan skedul produksi menjadi rencana skedul pemesanan secara detil untuk keseluruhan urutan produksi.
ijin copas bro
BalasHapusijin copas Kak
BalasHapusijin copas pak
BalasHapusMantab...ijin copas pak...nuwun
BalasHapus