Sabtu, 21 Desember 2013

Material Requirement Planning (MRP)



Pengendalian Persediaan dengan metode Material Requirement Planning

Ada beberapa pengertian dari MRP, antara lain adalah sebagai berikut :
1.      Material Requirement Planning (MRP) merupakan suatu teknik atau prosedur logis untuk menterjemahkan Jadwal Produksi Induk (JPI) dari barang jadi atau end item menjadi kebutuhan bersih untuk beberapa komponen yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan JPI. MRP ini digunakan untuk menentukan jumlah dari kebutuhan material untuk mendukung Jadwal Produksi Induk dan kapan kebutuhan material tersebut dijadwalkan. (Orlicky,et al., 1994).
2.      Material Requirement Planning (MRP) merupakan sistem informasi berbasis komputer yang didisain untuk memesan dan menjadwalkan permintaan (raw material, komponen dan sub assemblies) dengan cara yang terkoordinasi.(Oden,et al., 1998)
3.    Material Requirement Planning (MRP) merupakan aktivitas perencanaan material untuk Seluruh komponen dan raw material (bahan baku) yang dibutuhkan sesuai dengan Jadwal Produksi Induk (JPI) yang sama halnya dengan demand / permintaan per komponen (John A. White, et al., 1987).

Perencanaan MRP ini mencakup semua kebutuhan akan semua komponen MRP yaitu kebutuhan material, dimana terdapat dua fungsi dengan diterapkannya MRP yaitu Pengendalian persediaan dan Penjadualan produksi. Sedangkan tujuan dari MRP itu sendiri adalah untuk menentukan kebutuhan sekaligus untuk mendukung jadwal produksi induk, mengendalikan persediaan, menjadwalkan produksi, menjaga jadwal valid dan up-to date, serta secara khusus berguna dalam lingkungan manufaktur yang kompleks dan tidak pasti.
Ada empat tahap dalam proses perencanaan kebutuhan material, tahapan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Netting (Perhitungan kebutuhan bersih)
Netting adalah proses perhitungan kebutuhan bersih yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor denagan keadaan persediaan.

2. Lotting (Penentuan ukuran pemesanan)
Lotting adalah menentukan besarnya pesanan setiap individu berdasarkan pada hasil perhitungan netting.

3. Offsetting (Penetapan besarnya waktu ancang-ancang)
Offsetting bertujuan untuk menentukan saat yang tepat untuk melaksanakan rencana pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih yang diinginkan lead time.

4. Exploding (Perhitungan selanjutnya untuk level di bawahnya)
Exploding adalah proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat level dibawahnya, berdasarkan pada rencana pemesanan.

Dengan MRP ini, kita akan mendapatkan informasi mengenai :
1. Bahan dan komponen apa saja yang akan dipesan serta berapa banyak yang diperlukan.
2. Kapan waktu komponen tersebut akan dipesan.
3. Apakah komponen tersebut pemesanannya dipercepat, diperlambat atau dibatalkan.

Secara garis besar, out put MRP ini dibagi dalam tiga bagian, yaitu :
1. MRP Primary Report (Laporan Utama)
Primary Report atau yang biasa dikenal dengan MRP Report, nerupakan format laporan yang terdiri dari dua bentuk, yaitu format horizontal (dalam harian dan mingguan) dan format vertikal (dengan waktu dalam setiap harinya).
2. Action Report (Laporan Kegiatan)
Output ini biasa disebut dengan MRP Expection Report (laporan pengecualian), perencanaan MRP memfokuskan perhatian langsung terhadap kebutuhan item dan keputusan selama melakukan kegiatannya.
3. MRP Pegging Report (Laporan Penetapan MRP)
Output ini akan menyediakan sumber dari kebutuhan pada level tertinggi selanjutnya dalam Bill of material, seperti tiap pesanan perusahaan yang dikeluarkan dari item pada setiap kebutuhan kotor.

Dan yang terakhir adalah keuntungan dari MRP (Heizer,et.al., 1993) yaitu sebagai berikut :
1. Meningkatkan pelauyanan dan kepuasan pelanggan
2. Meningkatkan utilitas dari fasilitas dan tega kerja
3. Perencanaan persediaan dan penjadwalan menjadi lebih baik
4. Respon terhadap perubahan pasar semakin cepat
5. Mengurangi level persediaan tanpa mengurangi pelayanan pelanggan
Pengendalian persediaan merupakan langkah penting dalam manajemen persediaan untuk melakukan perhitungan berupa jumlah optimal tingkat persediaan yang harus ada     serta waktu pemesanan kembali. Pengaturan dan pengawasan terhadap material barang dalam proses dan barang jadi merupakan bagian penting dalam sistem produksi.
MRP adalah salah satu terobosan besar bagi dunia industri dalam mengatur bahan-bahan material yang dibutuhkan untuk proses produksi. Karena dengan MRP perusahaan dapat mengefisiensikan gudang dan sekaligus mencegah kemungkinan kehabisan bahan material. Semua proses pengaturan untuk bahan material yang dibutuhkan hanya dengan memasukkan data yang dibutuhkan dan software MRP yang akan memproses semuanya. Fasilitas yang disediakan adalah proses pengisian dan pemesanan data dealer penjualan dan supplier material. Konsep MRP adalah mempermudah pengaturan bahan material. Oleh karena itu direncanakan software dengan konsep user friendly dan fasilitas yang benar-benar mempermudah dan mampu meningkatkan efisiensi para pengguna.
Perencanaan kebutuhan material atau sering dikenal dengan Material Requirement Planning (MRP) adalah suatu sistem informasi yang terkomputerisasi untuk mengatur persediaan permintaan yang dependent dan mengatur jadwal produksi. Sistem ini bertujuan untuk mengurangi tingkat persediaan dan meningkatkan produktivitas. Terdapat dua hal penting dalam MRP yaitu lead time, dan berapa banyaknya jumlah material yang siap dipesan
Dengan metode MRP dapat memesan sejumlah barang atau persediaan sesuai dengan jadwal produksi, maka tidak akan ada pembelian barang walaupun persediaan telah berada pada tingkat terendah. MRP dapat mengatasi masalah-masalah kompleks dalam persediaan yang memproduksi banyak produk. Masalah yang ditimbulkannya antara lain kebingungan inefisiensi, pelayanan yang tidak memuaskan konsumen, dll.
Penentuan kebutuhan material yang pasti dalam proses produksi akan meminimalkan kerugian yang timbul dalam kaitannya dengan persediaan. Dengan menggunakan metode MRP untuk melakukan penjadwalan produksi, maka perusahaan akan menentukan secara tepat perencanaan tanggal penyelesaian pekerjaan yang realistik, pekerjaan dapat selesai tepat pada waktunya, janji kepada konsumen dapat ditepati dan waktu tengang pemesanan dapat dikurangi.
Tujuan Material Requirement Planning (MRP)

    Tujuan Sistim MRP adalah untuk mengendalikan tingkat inventori, menentukan prioritas item, dan merencanakan kapasitas yang akan dibebankan pada sistim produksi. Secara umum tujuan pengelolaan inventori dengan menggunakan sistim MRP tidak berbeda dengan sistim lain yakni:
  1. memperbaiki layanan kepada pelanggan,
  2. meminimisasi investasi pada inventori, dan
  3. memaksimisasi efisiensi operasi
Filosofi MRP adalah “menyediakan” komponen, material yang diperlukan pada jumlah, waktu dan tempat yang tepat.

Keunggulan dan Kelemahan Material Requirement Planning (MRP)

        Keunggulan MRP diantaranya:
 1) Memberikan kemampuan untuk menciptakan harga yang lebih kompetitif,
2) Mengurangi harga jual,
3) mengurangi persediaan,
4) Layanan yang lebih baik kepada pelanggan,
5) respon yang lebih baik terhadap tuntutan pasar,
6) kemampuan mengubah skedul master,
7) mengurangi biaya set-up, dan waktu nganggur (idle time)

Sedang kelemahan yang pokok adalah menyangkut kegagalan MRP mencapai tujuan yang disebabkan oleh :
1) kurangnya komitmen dari manajemen puncak dalam pengimplementasian MRP,
2) MRP dipandang sebagai sesuatu yang terpisah dari sistim lain, lebih dipandang sebagai sistim yang berdiri sendiri  dalam menjalankan operasi perusahaan daripada sebagai suatu sistim yang terkait dengan sistim lain dalam perusahaan atau suatu bagian dari keseluruhan sistim perusahaan,
 3) mencoba menggabungkan MRP dengan JIT tanpa memahami betul karakteristik kedua pendekatan tersebut,
4) membutuhkan akurasi operasi,
5) kesulitan dalam membuat skedul terinci.

Struktur Sistim Material Requirement Planning (MRP)

    Cara kerja sistim MRP adalah sebagai berikut: pesanan produk dijadikan dasar untuk membuat skedul produksi master atau Master Production Schedule (MPS) yang memberikan gambaran tentang jumlah item yang diproduksi selama periode waktu tertentu. MPS dibuat berdasarkan pada peramalan kebutuhan akan peralatan yang diperlukan, merupakan proses alokasi untuk mengadakan sejumlah peralatan yang diinginkan dengan memperhatikan kapasitas yang dipunyai (pekerja, mesin, dan bahan).

        Bill of Material mengidentifikasi material tertentu yang digunakan untuk membuat setiap item dan jumlah yang diperlukan yang dapat disusun dalam bentuk pohon produk (product structure tree). Bill of  material ini merupakan sebuah daftar jumlah komponen, campuran bahan dan bahan baku yang diperlukan untuk membuat suatu produk. Bill of material tidak hanya menspesifikasikan produksi, tetapi juga berguna untuk pembebanan biaya, dan dapat dipakai sebagai daftar bahan yang harus dikeluarkan untuk karyawan produksi atau perakitan. Bill of material digunakan dengan cara ini biasanya dinamakan daftar pilih.

        Pohon Struktur Produk (Product Structure Tree) Pohon Struktur Produk (Product Structure Tree) adalah salah satu item informasi yang ada dalam Bill of Material. Pohon Struktur Produk (Product Structure Tree) didefinisikan sebagai bagan informasi tentang hubungan antara produk akhir dengan komponen-komponen penyusun produk akhir. Struktur produk merupakan suatu informasi tentang hubungan antara komponen dalam suatu perakitan, juga memberikan informasi tentang semua item, seperti nomor komponen dan jumlah yang dibutuhkan pada setiap pembelian. Struktur produk dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu :
  • Struktur produk single level yang menggambarkan hubungan antara produk akhir komponen-komponen penyusunnya dimana komponen-komponen tersebut langsung membentuk produk akhir atau berada satu level di bawah produk akhir.
  • Struktur produk multi level yang menggambarkan hubungan antara produk akhir dengan komponen penyusunnya dimana komponen-komponen tersebut memerlukan komponen-komponen lain untuk membuatnya dan begitu seterusnya. Bila dimisalkan untuk membuat 1 unit produk akhir X diperlukan 2 unit komponen A dan 1 unit komponen B. Sementara untuk membuat 1 unit komponen B diperlukan 3 unit komponen C dan 1 unit komponen D. Dari informasi tersebut dapat dibuat product structure tree sebagimana tersaji pada gambar di bawah ini:
File Catatan Keadaan Persediaan (inventory status), berisi data tentang jumlah unit yang tersedia dan sedang dipesan, serta berbagai perubahan inventori sehubungan dengan adanya kerugian akibat sisa bahan, pesanan yang dibatalkan, dll. Intinya File Catatan Keadaan Persediaan (inventory status)  menggambarkan status semua item yang ada dalam persediaan, dimana semua item persediaan harus diidentifikasikan untuk menjaga kekeliruan perencanaan, juga harus berisi data tentang lead time, lot size, teknik lot size, persediaan cadangan dan catatan penting lainnya.

  Tiga sumber tersebut, skedul master, bill of material, dan inventory record menjadi sumber data bagi MRP yang akan menjabarkan skedul produksi menjadi rencana skedul pemesanan secara detil untuk keseluruhan urutan produksi.

Minggu, 20 Oktober 2013

peramalan manajemen operasi



Kebutuhan Peramalan dalam Manajemen Produksi dan Operasi .

Manajemen Operasi/produksi menggunakan hasil-hasil peramalan dalam pembuatan keputusan-keputusan yang menyangkut pemilihan proses, perencanaan kapasitas, layout fasilitas dan untuk
Berbagai keputusan yang bersifat continue berhubungan dengan perencanaan, scheduling dan persediaan

Metode Peramalan

a.Top down forecasting
Dimulai dengan penggunaan hasil-hasil peramalan berbagai
Kondisi bisnis umum yang dibuat oleh para ahli ekonomi dalam lembaga pemerintah dan perusahaan
besar serta universitas-universitas.

b.Bottom Up forecasting
Dimulai dengan perkiraan permintaan produk-akhiri ndividual.Peramal menerima estimasidari orang-orang penjualan,distribusi dan langganan.
Proses-proses Peramalan•

•Penentuan tujuan
•Pengujian model
•Penerapan model
•Pengembangan model
•Revisi dan evaluasi

Teknik-Teknik Peramalan
a.Teknik Kualitatif
Bersifat  subyektif/judgemental Berdasar pada estimasi-estimasi dan pendapat-pendapat dari para eksekutif, orang orang penjualan, langganan, spesialis/ahli dari berbagai bidang.

1.Juri Opini eksekutif
2.Metode Delphi
3.Gabungan tenaga penjualan
4.Survei pasar

1.Juri Opini eksekutif
Pendekatan ini berdasar pendapat dari sekelompok kecil eksekutif tingkat atas. Karena pendapatnya lebih dari satu orang maka diharapkan lebih akurat.
Kelemahannya:
Ketepatan sangat tergantung masukan individu .
Keuntungannya:
Paling sederhana



2.Metode Delphi
Teknik yang menggunakan suatu prosedur yang sistematik untuk mendapat suatu consensus pendapat-pendapat dari suatu kelompokahli.
Keuntungannya:
Dapat menggambarkan keadaan dimasa dating lebih akurat dan professional sehingga peramalan diharapkan mendekati aktual.

3.Gabungan tenaga penjualan
Tenaga penjual merupakan
Sumbangani nformasi yang baik tentang permintaan konsumen. Tiap tenaga penjual meramalkan tingkat penjualan didaerah, lalu digabung pada tingkat propinsi kemudian digabung hingga tingkat nasional untuk mencapai peramalan menyeluruh.

4.Surveipasar
Masukan dari konsumen/konsumen potensial terhadap rencana pembelian di masa datang.Peralatan peramalan yang berguna bilaada kekurangan
data historik/data tak reliabel. Digunakan untuk meramal
permintaan jangka
panjang dan penjualan
produk baru.


Kelemahannya:
Mahaldan sulit.

5.teknikKuantitatif

1.Time series (analisis runtun waktu)
Meramalkan kejadian dimasa datang atas dasar
Serangkaian data masa lalu, yang merupakan hasil observasi berbagai variable menurut waktu dan digambarkan dalam bentuk grafik yang menunjukan perilaku variable subjek.  Pola data daris erangkaian waktu:
•konstan
•kecendrungan(trend)
•musiman(seasonal)
•siklus(cyclical)

Metode dasar dari analisis runtunwaktu:
Rata-rata bergerak
a.Rata-rata bergerak sederhana(Simple moving average)
Bobot tiap periode sama.





Dengan,
Ft = Nilai prakiraan untuk periode t
N = Jumlah deret waktu yang digunakan
Xi = Data pengamatan periode i

b.Rata-rata bergerak tertimbang
Tiap periode mempunyai bobot yang berbeda

Ft+1= W t Xt + W t-1Xt-1 + ...+ W t-N+1X t-N+1
       --------------------------------------------------
         Wt + W t-1 + ...+W t-N+1

Dengan,
Wt = persentase bobot yang diberikan untuk periode t
Jika jumlah bobot = W t + Wt-1 + ...+W t-N+1 = 100 % = 1,
Maka rumus bias disederhanakan menjadi:

Ft+1= W t Xt + W t-1Xt-1+ ...+W t-N+1 X t-N+1

Eksponensial Smoothing ( Pemulusan eksponensial)

a.Eksponensial Smoothing ( Pemulusan eksponensial) tunggal
Ada Tambahan parameter α dalam model untuk mengurangi factor kerandoman.Serial data yang diamati memiliki pola horizontal (stasioner).

Ft+1 = α. Xt + ( 1 -α) F t

Dengan,
Ft = Nilai prakiraan untuk periode t
N = Jumlah deret waktu yang digunakan
α  = faktor/konstanta pemulusan
Xi = Data permintaan periode t

b.Eksponensial Smoothing ( Pemulusan eksponensial) linier
Serial data yang diamati memiliki unsur trend (kecendrungan).
Metode yang digunakan metode Holt, dimana ada dua parameter,
α(alpha) dan β(betha).


Pemulusan eksponential linier menggunakan persamaan sbb:

Ft+m= St + T t.m

Dengan,
St= α. Xt+ ( 1 -α) (St-1+ Tt-1)
Tt= β. (St-St-1) + (1-β). Tt-1


Metode Dekomposisi
Mengidentifikasi komponen pola dasar yang ada pada serial data, yaitu komponen trend, musiman dan siklus.

Xt= f (St , Tt, Ct , Rt)

Dimana:
St = Komponen musiman pada periode t
Tt= Komponen trend pada periode t
Ct = Komponen siklus pada periode t
Rt= Komponen random (kesalahan) pada periode t

Metode kausal
Kausal Merupakan teknik yang paling akurat. Umumnya membahas Pendekatan sebab akibat (kausal atau yang  bersifat menjelaskan(eksplanatoris), dan bertujuan untuk meramalkan keadaan di masa yang akan datang dengan menemukan dan  mengukur beberapa variable bebas (independen) yang penting beserta pengaruhnya terhadap variable tidak bebas yang akan diramalkan.

a.Analisa Regresi
b.Analisa Korelasi